Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Viral Keracunan Jamur di Jepang: Lansia Percaya AI, Berakhir di Rumah Sakit

ilustrasi anime mao-mao yang gemar minum racun

Teknologi Artificial Intelligence (AI) memang telah membantu banyak aspek kehidupan modern, namun ada kalanya terlalu percaya pada teknologi bisa berakibat fatal. 

Sebuah kasus keracunan jamur di Jepang yang terjadi pada 3 November 2025 menjadi pelajaran penting tentang bahaya mengidentifikasi jamur liar menggunakan AI. 

Seorang pria berusia 70-an tahun di desa Shimokitayama, Prefektur Nara, harus dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi jamur beracun yang diidentifikasi sebagai jamur edible oleh aplikasi AI.

Kejadian ini bermula ketika sang lansia sedang mengumpulkan jamur liar dan menemukan beberapa jamur yang menyerupai shiitake atau jamur tiram. 

Keesokan harinya, ia berniat memverifikasi temuannya ke kebun raya lokal untuk memastikan apakah jamur tersebut aman dikonsumsi atau tidak. Sayangnya, staf kebun raya sedang tidak tersedia saat itu.

Tidak mau menunggu lebih lama, pria tersebut memutuskan untuk mengambil jalan pintas dengan memotret jamur menggunakan smartphone dan mengunggahnya ke aplikasi AI. 

AI tersebut memberikan jawaban yang sesuai dengan dugaan awalnya, menyatakan bahwa jamur itu adalah shiitake atau jamur tiram dan aman untuk dimakan.

Jamur Tsukiyotake: Si Penipu yang Mematikan

Merasa yakin dengan identifikasi AI, sang pria langsung memanggang jamur tersebut dan memakannya. Dalam waktu sekitar 30 menit, gejala keracunan mulai muncul. Ia mengalami muntah-muntah hebat dan segera dibawa ke rumah sakit. 

Beruntung, gejalanya hanya bersifat sementara dan ia bisa pulih sepenuhnya setelah mendapat perawatan medis.

Analisis selanjutnya yang dilakukan oleh Wakayama Prefectural Museum of Natural History dan Wakayama City Public Health Division mengungkapkan fakta mengejutkan: jamur yang dimakan ternyata adalah tsukiyotake, spesies jamur beracun yang sering dikacaukan dengan jamur yang dapat dimakan.

Jamur tsukiyotake memiliki ciri khas berupa pita menonjol di sekitar batang tepat di bawah insangnya. Jamur ini juga diketahui memiliki bintik-bintik sangat gelap di bagian dalamnya, meskipun tidak selalu terlihat jelas. 

Yang lebih berbahaya, racun dalam tsukiyotake tetap aktif bahkan setelah dimasak, sehingga proses memasak tidak menghilangkan bahayanya.

Peringatan Keras dari Otoritas Kesehatan Jepang

Menyikapi kasus keracunan jamur di Jepang ini, Public Health Division mengeluarkan peringatan tegas kepada masyarakat. 

Mereka sangat menyarankan agar tidak melakukan identifikasi jamur secara mandiri, bahkan ketika menggunakan panduan bergambar atau bantuan AI. Satu-satunya cara aman adalah meminta bantuan profesional terlatih untuk mengidentifikasi jamur liar.

Rekomendasi ini bukan tanpa alasan. Selain untuk memastikan keamanan konsumsi, meminta bantuan profesional juga memberikan pihak yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan identifikasi. 

Dalam kasus ini, meskipun AI memberikan informasi yang salah, sang korban sendiri yang menanggung konsekuensinya.

Netizen Jepang pun ramai mengomentari kejadian ini dengan berbagai perspektif. Banyak yang mempertanyakan keputusan sang lansia untuk percaya pada AI yang bahkan tidak yakin membedakan antara shiitake dan jamur tiram. 

Ada juga yang menyoroti bahwa AI hanya sebaik penggunanya, dan kasus ini membuktikan pentingnya literasi digital dalam menggunakan teknologi.

Beberapa komentar bahkan menyarankan untuk sepenuhnya menghindari jamur liar dan hanya membeli jamur yang diproduksi secara massal, karena jika ada masalah, kemungkinan besar akan terdeteksi sebelum sampai ke tangan konsumen. Ada pula yang mengingatkan aturan emas: "Jika tidak tahu, jangan dimakan."

Pelajaran Berharga untuk Kita Semua

Kasus keracunan jamur di Jepang ini memberikan pelajaran penting bahwa meskipun AI sangat berguna untuk berbagai hal, teknologi ini tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan jiwa. 

AI masih memiliki keterbatasan, terutama dalam membedakan spesies yang sangat mirip secara visual namun memiliki karakteristik berbahaya.

Bagi siapa pun yang tertarik dengan foraging atau mengumpulkan makanan liar, pengetahuan tingkat ahli adalah mutlak diperlukan. 

Jika tidak memiliki keahlian tersebut, lebih baik membiarkan makanan liar tersebut untuk hewan liar dan memilih opsi yang lebih aman dengan membeli dari sumber terpercaya. Keselamatan jiwa jauh lebih berharga daripada kepuasan mencoba jamur liar.

Source: Sora News

Paman Radon
Paman Radon Senyumin aja

Post a Comment for "Viral Keracunan Jamur di Jepang: Lansia Percaya AI, Berakhir di Rumah Sakit"