Fakta Unik Jepang: Mayoritas Remaja Jepang Gunakan Kata Asing untuk Panggil Orang Tua
Jika Anda pernah belajar bahasa Jepang, pasti sudah familiar dengan kata "okaa-san" untuk ibu dan "otou-san" untuk ayah. Kedua kata ini adalah istilah standar yang hampir selalu diajarkan pertama kali dalam buku teks bahasa Jepang.
Namun, fakta unik Jepang terbaru mengungkapkan bahwa mayoritas remaja Jepang ternyata tidak menggunakan kata-kata standar tersebut saat memanggil orang tua mereka.
Lebih mengejutkan lagi, fakta unik Jepang ini menunjukkan bahwa kata-kata yang paling populer digunakan justru bukan berasal dari bahasa Jepang asli, melainkan kata pinjaman dari bahasa asing.
Survei yang dilakukan oleh organisasi riset kepemudaan berbasis di Tokyo, Wakamono Research, mengumpulkan respons dari 862 siswa sekolah menengah atas Jepang melalui kuesioner online.
Hasilnya mengungkapkan pergeseran menarik dalam cara remaja Jepang berkomunikasi dengan orang tua mereka, yang mencerminkan perubahan sosial dan budaya di negeri Sakura.
Hasil Survei: Mama dan Papa Mendominasi
Hasil survei menunjukkan ranking yang cukup mengejutkan. Di posisi keempat, hanya 0,9 persen siswa yang memanggil ayah mereka dengan "oyaji"—istilah yang agak kasar dan maskulin, mirip dengan "pops" dalam bahasa Inggris.
Persentase yang sama juga berlaku untuk "ofukuro", yang pada dasarnya adalah versi feminin dari oyaji dalam konteks keluarga.
Jawaban terbanyak ketiga juga identik untuk ibu dan ayah, dengan 2,6 persen responden mengatakan mereka memanggil ibu mereka dengan nama, dan 4,1 persen melakukan hal yang sama untuk ayah mereka. Ini cukup mengejutkan karena keakraban semacam itu terhadap generasi yang lebih tua dalam keluarga cukup jarang terjadi di Jepang.
Namun, di antara mereka yang memberikan jawaban ini adalah remaja dari keluarga campuran yang memanggil orang tua tiri mereka dengan nama.
Posisi kedua baru ditempati oleh okaa-san dan otou-san untuk ibu dan ayah, yang dipilih oleh 33,4 persen dan 28,1 persen remaja. Tapi jika istilah standar Jepang hanya menempati posisi kedua, lalu apa yang ada di puncak daftar?
Jawabannya adalah: Mama dan Papa.
Bukan hanya menjadi respons paling umum, kedua kata ini bahkan membentuk mayoritas, dengan 50,2 persen peserta menggunakan "papa" dan bahkan lebih banyak lagi, 56,3 persen, menggunakan "mama".
Mengapa Mama dan Papa Begitu Populer?
Ketika ditanya mengapa mama dan papa menjadi pilihan mereka, banyak responden menjawab bahwa itulah yang mereka gunakan sejak masa kanak-kanak awal, dan mereka tidak pernah memiliki peristiwa atau kesempatan khusus yang memberikan dorongan untuk beralih ke sebutan lain.
Faktor lain yang mungkin berperan adalah meskipun mama dan papa bukan tambahan yang sangat baru dalam percakapan sehari-hari di Jepang, kedua istilah ini telah menjadi semakin umum digunakan selama beberapa generasi terakhir.
Dengan meningkatnya keakraban dengan mama dan papa, kemungkinan besar orang tua Jepang yang lebih baru kurang mendorong atau menginstruksikan anak-anak mereka untuk mulai memanggil mereka dengan sebutan lain seiring bertambahnya usia, meskipun mama dan papa masih terdengar relatif imut dan kekanak-kanakan dibandingkan dengan okaa-san dan otou-san.
Fakta Unik Jepang: Pergeseran Ketika Memasuki Remaja
Namun, ini tidak berarti mama dan papa akan menjadi cara panggilan permanen.
Di antara responden yang menggunakan okaa-san dan otou-san, alasan umum untuk pilihan mereka adalah ketika mereka memasuki masa remaja, mereka mulai merasa malu memanggil orang tua mereka mama dan papa, dan sekarang siap untuk beralih ke alternatif yang terdengar lebih dewasa.
Perlu dicatat juga bahwa Wakamono Research tidak memecah respons berdasarkan gender. Hampir pasti bahwa mama, dan terutama papa, adalah pilihan yang kurang populer bagi remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan.
Demikian pula, rendahnya jumlah respons untuk oyaji dan ofukuro sebagian mencerminkan bagaimana istilah-istilah tersebut hampir secara eksklusif digunakan oleh pria saat berbicara tentang orang tua mereka.
Refleksi Perubahan Budaya
Survei ini menunjukkan bahwa meskipun okaa-san dan otou-san sering menjadi istilah pertama yang tercantum dalam buku teks bahasa Jepang untuk ibu dan ayah, keduanya jauh dari kata terakhir dalam cara keluarga Jepang berkomunikasi.
Pergeseran ini mencerminkan bagaimana budaya Jepang terus berkembang, menyerap pengaruh luar sambil tetap mempertahankan identitas uniknya.
Bagi pembelajar bahasa Jepang, temuan ini memberikan perspektif penting: bahasa yang hidup selalu berubah, dan apa yang diajarkan di buku teks tidak selalu mencerminkan penggunaan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda.
Mama dan papa mungkin terdengar kurang formal, tetapi mereka jelas telah menjadi bagian integral dari cara remaja Jepang modern berkomunikasi dengan keluarga mereka.
Source: Sora News

Post a Comment for "Fakta Unik Jepang: Mayoritas Remaja Jepang Gunakan Kata Asing untuk Panggil Orang Tua"